BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Gigi adalah salah
satu bagian terpenting bagi kehidupan manusia. Di Indonesia kesehatan
gigi dan mulut pada masyarakat masih sangat perlu diperhatikan,
penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih berada pada posisi sepuluh
besar penyakit terbanyak yang terbesar diberbagai wilayah (Mikail,B.,
& Candra 2011).
Menurut data dari
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 masalah kesehatan gigi dan
mulut tergolong tinggi, bahwa sebesar 25,9% penduduk Indonesia
mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir.
Angka prevelensi tertinggi terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut
terdapat di provinsi Kalimantan Selatan 36,1%, peringkat ke-2
Sulawesi Tengah 35,6%, dan diikuti provinsi Sulawesi Selatan 32,6%
peringkat ke-3 dengan masalah kesehatan gigi dan mulut. Pada Provinsi
Sulawesi Selatan Sekitar 22% anak usia 5-9 tahun dan 21% anak usia
10-14 tahun bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya, dan
masing-masing sekitar 31%, hanya 27% yang mendapatkan perawatan
(Riskesdas, 2013).
Menurut data Dinas
Kesehatan Kota Makassar tahun 2017 di dapatkan pada bulan Januari
yang mempunyai masalah kebersihan gigi tertinggi pada puskesmas Anper
dengan jumlah 1036 anak, pada bulan Februari yang mempunyai masalah
kebersihan gigi tertinggi pada puskesmas Kalukubodoa dengan jumlah
520 anak, dan pada bulan Maret yang mempunyai masalah
kebersihan
gigi tertinggi pada puskesmas Kalukubodoa dengan jumlah 636 anak.
Dapat dilihat bahwa masalah kesehatan gigi yang tertinggi dua kali
berturut-turut pada puskesmas Kalukubodoa, selain itu juga terdapat
peningkatan jumlah masalah kebersihan gigi dan mulut pada puskesmas
tersebut pada bulan Februari ke Maret.
Kesehatan gigi dan
mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan penanganan secara komprehensif karena dampaknya sangat
luas sehingga perlu penanganan segera sebelum terlambat, kebiasaan
menggosok gigi merupakan hal terpenting, berdasarkan data waktu
menyikat gigi menunjukkan bahwa perilaku pelihara dari masyarakat
Indonesia dalam kesehatan mulut masih sangat rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh data bahwa 91,1% penduduk Indonesia sudah menyikat
gigi, namun hanya 7,3% yang berperilaku benar dalam menyikat gigi.
Kebersihan gigi dan
mulut adalah suatu keadaan dimana gigi geligi yang berada didalam
rongga mulut dalam keadaan yang bersih, bebas dari plak, dan kotoran
lain yang berada diatas permukaan gigi seperti debris, karang gigi,
dan sisa makanan serta tidak tercium bau busuk dalam mulut.
Keterampilan menggosok gigi harus di ajarkan dan ditekankan pada adak
disegala umur terutama anak sekolah, karena pada usia itu mudah
menerima dan menanamkan nilai-nilai dasar. Anak sekolah memerlukan
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menggosok gigi.
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting untuk
menunjang kesehatan, terutama pada anak yang memiliki tingkat
kebersihan gigi mulut rendah dan keterampilan dalam menggosok gigi
kurang, diharapkan agar dapat mengubah perilaku dari yang merugikan
kesehatan dan norma yang sesuai dengan kesehatan (Dewi, Sekar Arum
2011).
Upaya kesehatan gigi
perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan,
kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk
pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan
kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap
tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam
menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).
Ciri-ciri gigi sehat
yaitu tidak terasa sakit radang gusi dan karang gusi, tidak ada
karies, saat mengunyah tidak terasa nyeri, leher gigi tidak
kelihatan, tidak goyang, tidak terdapat plak, warna gigi putih
kekuningan, tidak terdapat karang, mahkota gigi utuh. Pada umumnya
kebersihan gigi anak lebih buruk dan anak lebih banyak yang salah
dalam menggosok giginya yang menyebabkan karies dibandingkan orang
dewasa. Peran orang tua dalam membimbing dan mendisiplinkan anak
untuk melatih pemeliharaan kesehatan gigi dengan menyikat gigi secara
baik dan benar. Karena pada umumnya kebiasaan anak dalam menyikat
gigi hanyalah bertujuan untuk menyegarkan mulut saja, bukan karena
mengerti bahwa hal tersebut baik untuk kesehatan gigi, sehingga anak
cenderung menyikat gigi dengan semaunya sendiri. Besarnya peran orang
tua sangat diperlukan dalam menjaga kesehatan gigi anak-anaknya agar
tercapai kesehatan gigi yang optimal.
Banyak metode yang
dapat digunakan dalam pembelajaran praktik kebersihan gigi dan mulut
pada anak usia sekolah. Diantaranya metode simulasi dan metode
audiovisual. Metode simulasi
diartikan
sebagai cara penyajian pengajaran dengan menggunakan situasi tiruan
untuk menggambarkan situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman
tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sunariyo (2015) dengan judul
penelitian pengaruh metode simulasi dan motivasi belajar siswa
terhadap prestasi belajar ilmu pengetahuan, yang mengatakan bahwa
metode simulasi berpengaruh positif terhadap prestasi belajar.
Metode Audio
Visual merupakan
alat peraga yang bersifat dapat didengar dan dapat dilihat yang dapat
membantu siswa dalam belajar mengajar yang berfungsi memperjelas atau
mempermudah dalam memahami bahasa yang sedang dipelajari. Hal ini
sejalan dengan penelitian Ika dan Iwan pada tahun (2014) dengan judul
penelitian pengaruh media audio visual (Video) terhadap hasil belajar
siswa, yang mengatakan bahwa menggunakan metode Audio visual lebih
efektif dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional.
- Tujuan
Untuk mengetahui
tingkat keterampilan menggosok gigi pada murid SD sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan melalui metode audiovisual dan simulasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Keterampilan
Keterampilan
merupakan seperangkat system, suatu metode dan suatu teknik yang
baik, untuk menguasai materi ilmu pengetahuan yang akan disampaikan
secara tangkas, efektif, serta efisien. Keterampilan juga merupakan
suatu keahlian yang di dapat oleh individu melalui suatu proses
seperti latihan yang kontinyu serta mencakup beberapa aspek yaitu
kognitif, efektif, dan psikomotor, Budiarjo (Sisca Folastri, 2013).
- Menggosok Gigi
Menggosok gigi
adalah membersihkan gigi dari sisa makanan yang menempel, bakteri,
dan plak. Membersihkan gigi harusnya melihat pelaksanaan waktu dalam
membersihkan gigi, menggunakan alat yang cocok untuk membersihkan
gigi, dan tata cara yang tepat dalam membersihkan gigi. Kebiasaan
menggosok gigi merupakan perilaku manusia didalam membersihkan gigi
dari sisa makanan secara terus menerus.
Menggosok gigi yang
baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan tekanan
yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak, yaitu tepi gusi
(perbatasan gigi dan gusi), permukaan kunyah gigi dimana terdapat
fissure atau celah-celah yang sangat kecil dan sikat gigi yang paling
belakang. Menggosok gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan
memiliki bulu yang cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut.
Menggosok gigi harus diganti setiap 3 bulan. Cara menggosok gigi yang
baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi, gerakan vertical, dan
bergerak lembut Ketika menggosok gigi, sangat penting menyikat semua
permukaan gigi, yang mana akan memakan waktu kurang lebih 2-3 menit
(Rahmadhan, 2010).
- Media audio visual
Media audio visual
merupakan alat peraga yang bersifat dapat didengar dan dapat dilihat
yang dapat membantu siswa dalam belajar mengajar yang berfungsi
memperjelas atau mempermudah dalam memahami bahasa yang sedang
dipelajari. Sedangkan audio visual adalah suatu peralatan yang
dipakai oleh para guru dalam menyampaikan konsep, gagasan dan
pengalaman yang ditangkap oleh indera pandang dan pendengaran.
Konsep pengajaran
audio visual berkembang sejak tahun 1940. Istilah bermakna sejauh
peralatan yang dipakai oleh para guru yang dalam menyampaikan konsep,
gagasan, dan pengalaman yang ditangkap oleh indra pandang dan
pendengar, penekanan utama dalam pengajaran audio visual adalah pada
nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman kongkrit, tidak hanya
didasarkan atas kata belaka, selanjutnya pengajaran dengan media
audio visual dapat berarti bila dipergunakan sebagai bagian dari
proses pengajaran, peralatan audio visual tidak harus digolongkan
sebagai pengalaman belajar yang diperoleh dari pengindraan pandang
dan dengar, tetapi sebagai alat teknologi yang bisa memperkaya serta
memberikan pengalaman kongkrit kepada siswa.
Penggunaan media
pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat
siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, dan
mendatakan informasi.
A.Ciri-ciri metode
media visual :
- Media audio visual biasanya bersifat linier.
- Biasanya menyajikan visual yang dinamis.
- Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya.
- Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak.
- Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif.
Peranan media tidak
akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan
pengajaran yang dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus
dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Apabila
diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran,
tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan
efisien.
ORAL
HEALTH PROMOTION BASED ON GRAFIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL
Media
yang digunakan dan cara penggunaannya :
- Media yang digunakan :
1. Laptop
2. LCD
3. Layar proyektor
4. Kabel roll
- Cara penggunannya :
Metode Audio
Visual menggunakan
Video
yang diputar
menggunakan Laptop dan LCD. Pemberian intervensi 3 hari berturut
turut, dilakukan selama 2-3 menit.
Keterangan : film
animasi keterangan
: video MOGIGU
Aspek Jenis kegiatanKognitif Dengan memutarkan film animasi tentang kesehatan gigi dan memperlihatkan video cara menggosok gigi yang baik dan benar yaitu MOGIGU (menggosok gigi asyik dengan lagu). Psikomotorik Murid melakukan simulasi cara menggosok gigi. Bahasa Menggunakan kalimat sederhana dengan menyebutkan secara berulang.
Teori
Perubahan Perilaku Menurut Rogers
Rogers
menyatakan bahwa perubahan perilaku seseorang terjadi 5 tahap :
- Kesadaran (Awareness)
Anak diputarkan film
animasi tentang kesehatan gigi dan memperlihatkan video cara
menggosok gigi yang baik dan benar MOGIGU (menggosok gigi asyik
dengan lagu).
- Ketertarikan (Interest)
Setelah anak melihat
video tersebut, anak mulai tertarik .
- Evaluasi (Evaluation)
Anak akan berpikir
apakah itu baik atau tidak untuk dirinya.
- Mencoba (Trial)
Kalau anak itu
menganggap itu baik bagi dirinya dia akan mulai mencoba
- Adopsi (Adoption)
Setelah dia mencoba,
anak tersebut mulai menerima dan menjadikannya perilaku baru sehingga
mulai menerapkan cara menggosok gigi yang baik dan benar setiap hari.
BAB
III
Kesimpulan
Dan Saran
- Keseimpulan
Dalam pendidikan
kesehatan gigi metode yang paling sering digunakan saat ini adalah
audiovisual dikarenakan perkembangan teknologi saat ini dan metode
ini juga sangat efektif untuk diberikan ke anak-anak karena dengan
metode ini anak lebih tertarik dan lebih fokus, sehingga pendidikan
kesehatan gigi tersebut berjalan efektif.
- Saran
Diharapkan kepada
pihak terkait dalam hal ini kepala sekolah, guru ,orang tua untuk
lebih memperhatikan kesehatan gigi anak sehingga terciptanya
peningkatan derajat kesehatan gigi.